Posts

TWLS Part 9 Merindukan Jogjakarta

Image
  Terik panas matahari mulai terasa, padahal masih pagi, bahkan belum jam 9. Kami turun dari kereta api, sambil nyari jalan keluar, kenapa tiba-tiba perutku mules.   “DIl, jalannya jauh ga dil?” tanyaku sambil gemetar.   “Kenapa Mri?” tanya Fadil balik.   “Sakit perut coy, asleeh” sambil pegang perut.   “Duh, ente ini, itu toilet, buruan kesana” Tanpa fikir panjang aku langsung berjalan cepat menuju toilet. Sesampainya di toilet bukan gembira, yang mengantri giliran masuk ke toilet seperti gerbong kereta api, panjang banget. Tidak lama Fadil menyusulku.   “Gimana Mri?” tanya Fadil penasaran.   “Gimana ini coy, Rame bener” sambil meringis ku jawab.   “Udahlah Mri, berki di rumah aja, kita pesen taksi online sekarang” Fadil memberikan solusi cepat.   “Okeylah, ente udah nemuin kita ada di pintu mana?” tanyaku sedikit panik karena menahan sakit perut.   “Sudah, nanti keluar lewat gerbang itu” Fadil sambil menunjuk gerbang keluar.   Kami pun keluar, sambil memasang mata dan mencari di mana

Jaga Perkataan, "Takut Terasa Hati"

Image
  Kemarin, saat aku menyapu rumah, ada tetangga ku yang baru saja pulang dari jualan nasi lemak.   Aku menyapa, “sudah balik kak?” “Iya” dia menjawab sambil senyum, kemudian terus masuk ke dalam rumah.   Tidak lama nenekku juga mengikuti dari belakang, kemudian dia duduk di kursi luar rumah mungkin capek, maklum rumah kami rumah flat bertingkat, kebetulan tingkat 3.   Saat aku sedang menyapu halaman rumah, si kakak tetangga memanggil,   “Bang, tolong lihatkan rumah ya, saya mau ngambil barang yang lain”   “Siap, loh emang tadi baliknya sama siapa?” Aku penasaran.   “Tadi balik sendirian.”   “Bawa ini sendiri?” Aku sambil meragakan tangan seperti orang menyetir mobil.   “Iya”   Kemudian nenekku tanpa basa-basi bilang,   “Itu uangnya mau ditaruh di mana aja?”   Aku kaget, kemudian dalam hati aku bilang “ini orang tua ngapain tanya begitu?” Dengan cepat aku mengalihkan pertanyaan nenek dengan bertanya,   “Mobilnya diparkir di mana?”   “Mobil aku parkir di hujung sana” sambil menunjuk ke a

Tidur itu Anugerah

Image
Bercerita soal tidur, aku jadi teringat waktu sekolah madrasah aliyah (SMA Islam) dulu. Dari SD, SMP bahkan sampe SMA aku bersekolah di dalam pondok, meskipun berbeda-beda pondok tetapi bersekolah tetap ada di dalam lingkungan pondok. Eits tentunya aku bukan orang yang sangat religius, tetapi aku seorang yang beragama. Dulu hampir setiap minggu aku akan keluar dari pondok, entah urusan pribadi atau urusan pengurusan pasport. Maklum kalau WNA hidup di Indonesia urusannya cukup ribet, harus ngurus surat ini, surat itu, yang menurutku harusnya bisa dikerjakan lebih mudah seperti yang terjadi di negara yang sekarang aku tinggali.   Anyways  biarlah, mari jadikan pengalaman hidup saja. Pasti tidak berguna bukan jika kita marah-marah sekarang cukup kita jadikan kenangan.   Terminal Bungurasih Surabaya, Terminal Arjosari Malang, Terminal Bolinggo Probolinggo, Terminal Pasuruan-Mojokerto, Terminal bus Sumenep-Kalianget semua terminal yang aku sebutin di atas sudah menjadi terminal kebiasaanku

Mimpi Tentang Zainuddin Bin Muhyiddin

Image
  Hai lama tak mendengar kabarmu, mari kita tidak saling menerka, hari ini aku akan mengalah dan mencoba tanya kabarmu. Semoga semua dalam keadaan sehat tidak kurang satu helai pun. Aku menulis tulisan ini karena banyak hal yang mengganjal dari kehidupanku. Dari sekian temanku yang selalu hadir walau dalam mimpi adalah engkau. Kita memang sudah lama tak berkabar, mungkin karena jarak, atau karena apapun itu, kita memang sudah lama tak berkabar. Bagaimana kabarmu bersama istri? Aku dengar sebentar lagi engkau akan menjadi seorang bapak, aku cukup gembira wahai sahabatku, kebahagiaanmu akan semakin lengkap dengan hadirnya anak pertamamu. Tentu itu juga menjadi bahagiaku, karena aku akan mempunyai keponakan yang baru. Aku masih ingat, dulu sewaktu di pondok aku pernah dititipkan ke Abang Toni, waktu itu kamu masih di Malaysia ambil IC. Tidak lama kemudian engkau datang, kita pun berkenalan. Kita pernah satu tempat indekos (di rumah bibimu “Lek Mani”). Seingatku kita dijatah makan tiga kal

TRAVEL WITH LOVE STORY PART 8

Image
PAGI YANG MENYAPA DIRI Sayup-sayup ku buka mata dari pejaman yang panjang. Ku lihat kanan dan kiriku sebagian ada yang menunaikan sholat subuh, sebagian lagi ada yang masih tidur dalam keadaan duduk. Tak kudengar kokokan ayam, yang masih terdengar adalah bunyi rel kereta api yang masih berjalan sepanjang malam. Ku bertayamum, ku tunaikan separuh kewajibanku pada hari tu, subuh ku dirikan dengan seluruh tubuh ku yang bergetar dalam keadaan duduk, ku mantapkan sampai selesai, ku berdoa dalam kebisingan bunyi kereta api malam ini, ku panjatkan doa di pagi subuh dengan mantap, sampai-sampai ku tak sadarkan diri. Wakakakak. Jangan terlalu serius, aku dalam keadaan korus.   Ku pandangi papan petunjuk elektronik yang berjalan diatas pintu kereta api untuk melihat dimanakah perhentian selanjutnya. Dan masih aku tak melihat apapun dari dalam jendela kereta api ini dalam keadaan subuh yang gelap. Perhentian selanjutnya berada di kota Purworejo. Kereta ini tidak akan berhenti lama, sek